Identitas pemuda dalam alquran
TUJUH GOLONGAN YANG DINAUNGI ALLAH AZZA WA JALLA PADA HARI KIAMAT
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِيْ ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ: اَلْإِمَامُ الْعَادِلُ، وَشَابٌّ نَشَأَ بِعِبَادَةِ اللهِ ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْـمَسَاجِدِ ، وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللهِ اِجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ ، وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ ، فَقَالَ : إِنِّيْ أَخَافُ اللهَ ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِيْنُهُ ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tujuh golongan yang dinaungi Allâh dalam naungan-Nya pada hari dimana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya: (1) Imam yang adil, (2) seorang pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah kepada Allâh, (3) seorang yang hatinya bergantung ke masjid, (4) dua orang yang saling mencintai di jalan Allâh, keduanya berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya, (5) seorang laki-laki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik, lalu ia berkata, ‘Sesungguhnya aku takut kepada Allâh.’ Dan (6) seseorang yang bershadaqah dengan satu shadaqah lalu ia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfaqkan tangan kanannya, serta (7) seseorang yang berdzikir kepada Allâh dalam keadaan sepi lalu ia meneteskan air matanya.”
“Pemuda merupakan ujung tombak perjuangan; baik itu dalam menegakkan bangsa maupun agama. Maka dari itu, pemuda harus komplit. Komplit dari segala hal; baik pendidikan, peradaban, dan dalam hal lainnya,”
Setidaknya kita harus puya sembilan identitas yang harus dimiliki oleh seorang pemuda, yang mana sembilan identitas teresbut merupakan sifat-sifat yang diambil dari ayat-ayat Al-Qur’an.
1. Idealis / keyakina dan pendirian teguh
Digambarkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala dalam Al-Qur’an Surah Al-Kahf ayat 9-26, yang menceritakan tentang bagaimana sikap idealis yang dimiliki oleh para pemuda Ashabul Kahf dalam menentang raja yang zalim yaitu Dikyanus.
Ashabul Kahfi adalah nama sekelompok orang beriman yang hidup pada masa Raja Diqyanus di Romawi, beberapa ratus tahun sebelum diutusnya nabi Isa as. Mereka hidup ditengah masyarakat penyembah berhala dengan seorang raja yang dzalim. Ketika sang raja mengetahui ada sekelompok orang yang tidak menyembah berhala, maka sang raja marah lalu memanggil mereka dan memerintahkan mereka untuk mengikuti kepercayaan sang raja. Tapi Ashabul Kahfi menolak dan lari, dikejarlah mereka untuk dibunuh. Ketika mereka lari dari kejaran pasukan raja, sampailah mereka di mulut sebuah gua yang kemudian dipakai tempat persembunyian.
Dengan izin Allah mereka kemudian ditidurkan selama 309 tahun di dalam gua, dan dibangkitkan kembali ketika masyarakat dan raja mereka sudah berganti menjadi masyarakat dan raja yang beriman kepada Allah SWT (Ibnu Katsir; Tafsir al-Quran al-’Adzim; jilid:3 ; hal.67-71).
اِذۡ اَوَى الۡفِتۡيَةُ اِلَى الۡـكَهۡفِ فَقَالُوۡا رَبَّنَاۤ اٰتِنَا مِنۡ لَّدُنۡكَ رَحۡمَةً وَّهَيِّئۡ لَـنَا مِنۡ اَمۡرِنَا رَشَدًا ١٠
(Ingatlah) ketika pemuda-pemuda itu berlindung ke dalam gua lalu mereka berdoa, "Ya Tuhan kami. Berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah petunjuk yang lurus bagi kami dalam urusan kami." alkahfi: 10
ثُمَّ بَعَثۡنٰهُمۡ لِنَعۡلَمَ اَىُّ الۡحِزۡبَيۡنِ اَحۡصٰى لِمَا لَبِثُوۡۤا اَمَدًا ١٢
kemudian Kami bangunkan mereka, agar Kami mengetahui manakah di antara ke dua golongan itu1 yang lebih tepat dalam menghitung berapa lamanya mereka tinggal (dalam gua itu). alkahfi: 12
2. Kritis dan sangat berani
Diceritakan dalam Al-Qur’an Surah Al-Anbiya’ ayat 60-69, yang mengisahkan keberanian Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dalam menentang kekafiran meskipun harus dibakar oleh Raja Namrud.
قُلْنَا يٰنَارُ كُوْنِيْ بَرْدًا وَّسَلٰمًا عَلٰٓى اِبْرٰهِيْمَۙ
Kami (Allah) berfirman, “Wahai api, jadilah dingin dan keselamatan bagi Ibrahim!” ALANBIYA 69
3. Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi
Tertulis dalam Al-Qur’an Surah Yusuf ayat 36 sebuah kisah tentang dua orang pemuda yang berada di penjara bersama Nabi Yusuf ‘alaihissalam. Kedua pemuda tersebut memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, sehingga kerap kali menanyakan banyak hal kepada Nabi Yusuf ‘alaihissalam.
وَدَخَلَ مَعَهُ السِّجْنَ فَتَيٰنِۗ قَالَ اَحَدُهُمَآ اِنِّيْٓ اَرٰىنِيْٓ اَعْصِرُ خَمْرًاۚ وَقَالَ الْاٰخَرُ اِنِّيْٓ اَرٰىنِيْٓ اَحْمِلُ فَوْقَ رَأْسِيْ خُبْزًا تَأْكُلُ الطَّيْرُ مِنْهُۗ نَبِّئْنَا بِتَأْوِيْلِهٖۚ اِنَّا نَرٰىكَ مِنَ الْمُحْسِنِيْنَ
Bersama dia (Yusuf) masuk pula dua orang pemuda ke dalam penjara. Salah satunya berkata, “Sesungguhnya aku bermimpi memeras anggur,” dan yang lainnya berkata, “Aku bermimpi membawa roti di atas kepalaku. Sebagiannya dimakan burung.” (Keduanya berkata,) “Jelaskanlah kepada kami takwilnya! Sesungguhnya kami memandangmu termasuk orang-orang yang berbuat baik.” Yusuf ayat 36
tafsir
Setelah dijelaskan bahwa Allah memperkenankan permohonan Nabi Yusuf untuk tinggal di penjara sebagai jalan terbaik, lalu ayat berikut ini menceritakan tentang dua pelayan istana yang masuk penjara. Dan bersama dia masuk pula dua orang pemuda, yaitu pelayan raja ke dalam penjara. Salah satunya berkata kepada Nabi Yusuf perihal mimpinya, "Sesungguhnya aku bermimpi memeras anggur untuk dibuat minuman raja," dan pelayan yang lainnya berkata, "Aku bermimpi, membawa roti di atas kepalaku, lalu sebagiannya dimakan burung." Berikanlah kepada kami takwilnya mimpi kami berdua. Sesungguhnya kami memandangmu termasuk orang yang berbuat baik, taat beribadah, berakhlak mulia, dan selalu menjaga kehormatan.
4. Optimis
Seorang pemuda juga harus bisa optimis dan terus berusaha, layaknya kisah Nabi Musa ‘alaihissalam dalam perjalanannya bertahun-tahun mencari dua samudera. Kisah tersebut termaktub dalam Al-Qur’an Surah Al-Kahf ayat 60.
Dalam sebuah hadits riwayat Bukhari, dari Ibn ‘Abbas RA (radhiyallahu ‘anhu) dia berkata, telah menceritakan kepada kami Ubayya ibn Ka’ab RA, bahwasanya dia mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Musa pada suatu kali berkhutbah di hadapan Bani Israil, lalu beliau ditanya: “Siapakah orang yang paling tinggi ilmunya?” Musa menjawab: “Saya.”
Allah mengecam Musa karena dia tidak mengembalikan pengetahuan tentang hal itu kepada Allah SWT. Kemudian Allah memberitahu Musa bahwa Dia memiliki seorang hamba yang berada di pertemuan dua lautan. “Dia lebih tinggi ilmunya daripada engkau.” Musa bertanya: “ Ya Rabb, bagaimana caranya aku bisa bertemu dengan hamba itu?” Allah berfirman: “Ambillah seekor ikan, tempatkan ia di wadah yang terbuat dari daun kurma, lalu di tempat mana engkau kehilangan ikan itu, maka di sanalah engkau akan bertemu dengannya”.
وَإِذۡ قَالَ مُوسَىٰ لِفَتَىٰهُ لَآ أَبۡرَحُ حَتَّىٰٓ أَبۡلُغَ مَجۡمَعَ ٱلۡبَحۡرَيۡنِ أَوۡ أَمۡضِيَ حُقُبٗا ٦٠
“Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya: “Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke Pertemuan dua buah lautan; atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun”. (Q.S. Al-Kahfi 18:60)
Setelah sampai di tempat yang dituju, mereka menemukan di situ seorang hamba Allah yang telah mendapatkan rahmat dan ilmu langsung dari sisi-Nya. Allah SWT berfirman:
فَوَجَدَا عَبۡدٗا مِّنۡ عِبَادِنَآ ءَاتَيۡنَٰهُ رَحۡمَةٗ مِّنۡ عِندِنَا وَعَلَّمۡنَٰهُ مِن لَّدُنَّا عِلۡمٗا ٦٥
“Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” (Q.S. Al-Kahfi 18:65)
قَالَ لَهُۥ مُوسَىٰ هَلۡ أَتَّبِعُكَ عَلَىٰٓ أَن تُعَلِّمَنِ مِمَّا عُلِّمۡتَ رُشۡدٗا ٦٦ قَالَ إِنَّكَ لَن تَسۡتَطِيعَ مَعِيَ صَبۡرٗا ٦٧ وَكَيۡفَ تَصۡبِرُ عَلَىٰ مَا لَمۡ تُحِطۡ بِهِۦ خُبۡرٗا ٦٨
“Musa berkata kepada Khidhir: “Bolehkah aku mengikutimu supaya engkau mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?” Dia menjawab: “Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersama aku. Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?” (Q.S. Al-Kahfi 18:66-68)
5. Istiqomah
Pemuda harus bisa melawan godaan apa saja. Sebagaimana diceritakan dalam Al-Qur’an Surah Yusuf ayat 33, tentang Nabi Yusuf ‘alaihissalam yang mampu menolak rayuan dari istri raja yang ditujukan kepadanya.
قَالَ رَبِّ السِّجْنُ اَحَبُّ اِلَيَّ مِمَّا يَدْعُوْنَنِيْٓ اِلَيْهِۚ وَاِلَّا تَصْرِفْ عَنِّيْ كَيْدَهُنَّ اَصْبُ اِلَيْهِنَّ وَاَكُنْ مِّنَ الْجٰهِلِيْنَ
(Yusuf) berkata, “Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka. Jika Engkau tidak menghindarkan tipu daya mereka dariku, niscaya aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentu aku termasuk orang-orang yang bodoh.” Yusuf 33
tafsir
Ayat ini menerangkan bagaimana keteguhan hati dan kekuatan iman Yusuf yang tidak mempan segala bujukan dan rayuan, begitu juga semua kata-kata untuk melunakkan hati Yusuf yang keluar dari mulut perempuan-perempuan itu. Tidak mencemaskan hati Yusuf gertakan dan ancaman yang mengatakan bahwa Yusuf akan dipenjarakan dan dihukum, kalau dia tidak mau tunduk mengikuti ajakan untuk berbuat serong itu. Mendengar semua itu, Yusuf hanya berlindung diri kepada Allah, menundukkan kepala sambil berdoa agar dijauhkan Tuhan dari godaan perempuan-perempuan itu seraya berkata, "Ya Tuhanku, penjara yang gelap lagi sempit itu lebih baik bagiku daripada dalam istana, menghadapi perempuan-perempuan yang cantik yang selalu menggoda dan mengajakku untuk memenuhi keinginan hawa nafsunya. Aku khawatir ya Allah, bila aku masih tinggal dalam istana ini, selalu berhadapan dengan perempuan-perempuan yang menggodaku, kalau-kalau semangatku melemah, imanku luntur, sehingga aku terperosok jatuh ke lembah kehinaan bersama mereka. Ya Allah, hindarkanlah aku dari godaan-godaan mereka. Tidak ada daya dan kekuatan bagiku untuk lepas dari bahaya itu selain dengan pertolongan dan petunjuk-Mu. Ya Allah, kalau bukan karena pertolongan dan petunjuk-Mu, aku akan jadi orang yang bodoh, sesat jalan dan mudah terpedaya akhirnya terjerumus ke dalam lembah kehinaan dan maksiat."
6. Mandiri
Pemuda juga harus mandiri dan penuh integritas, sebagaimana kisah Nabi Ismail ‘alaihissalam yang penuh akan integritas sejak masa belia. Kisah tersebut diabadikan oleh Allah subhanahu wa ta’ala dalam Al-Qur’an Surah As-Saffat ayat 102.
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ
Ketika anak itu sampai pada (umur) ia sanggup bekerja bersamanya, ia (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Pikirkanlah apa pendapatmu?” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu! Insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang sabar.” As-Saffat ayat 102
tafsir
Kemudian ayat ini menerangkan ujian yang berat bagi Ibrahim. Allah memerintahkan kepadanya agar menyembelih anak satu-satunya sebagai korban di sisi Allah. Ketika itu, Ismail mendekati masa balig atau remaja, suatu tingkatan umur sewaktu anak dapat membantu pekerjaan orang tuanya. Menurut al-Farra', usia Ismail pada saat itu 13 tahun. Ibrahim dengan hati yang sedih memberitahukan kepada Ismail tentang perintah Tuhan yang disampaikan kepadanya melalui mimpi. Dia meminta pendapat anaknya mengenai perintah itu. Perintah Tuhan itu berkenaan dengan penyembelihan diri anaknya sendiri, yang merupakan cobaan yang besar bagi orang tua dan anak. Sesudah mendengarkan perintah Tuhan itu, Ismail dengan segala kerendahan hati berkata kepada ayahnya agar melaksanakan segala apa yang diperintahkan kepadanya. Dia akan taat, rela, dan ikhlas menerima ketentuan Tuhan serta menjunjung tinggi segala perintah-Nya dan pasrah kepada-Nya. Ismail yang masih sangat muda itu mengatakan kepada orang tuanya bahwa dia tidak akan gentar menghadapi cobaan itu, tidak akan ragu menerima qada dan qadar Tuhan. Dia dengan tabah dan sabar akan menahan derita penyembelihan itu. Sikap Ismail sangat dipuji oleh Allah dalam firman-Nya: Dan ceritakanlah (Muhammad), kisah Ismail di dalam Kitab (Al-Qur'an). Dia benar-benar seorang yang benar janjinya, seorang rasul dan nabi. (Maryam/19: 54)
7. Pintar / dan pandai
Sebagaimana yang tertulis dalam Al-Qur’an Surah Saba’ ayat 1-15, tentang kepintaran yang dimiliki oleh Nabi Daud ‘alaihissalam, sehingga ia dipercaya untuk menyampaikan dakwah kepada Bani Isra’il.
Kepandaian nabi Daud AS terlihat ketika beliau menyelesaikan sebuah perselisihan. Dimana ia dapat berlaku adil bagi mereka yang bersengketa. Tidak ada yang dirugikan dalam proses penyelesaian konflik.
Tutur kata beliau juga mampu melembutkan hati yang keras bagai batuan. Nabi Daud AS melembutkan hati yang keras dengan ayat yang ia tuturkan dari perkataannya. Inilah salah satu bentuk mukjizat Nabi Daud AS.
Inilah yang menjadikan alasan dakwah nabi Daud AS diterima oleh kaumnya. Ia mampu meyakinkan seluruh rakyat agar mengindahkan perintah Allah SWT. Tidak mengherankan Allah SWT mengutus nabi Daud AS untuk meluruskan kembali jalan mereka sepeninggal nabi Musa dan Harun AS.
Selanjutnya nabi Daud AS juga mampu menundukkan gunung agar ikut bertasbih bersama dirinya setiap hari pada waktu fajar dan senja.
وَلَقَدْ اٰتَيْنَا دَاوٗدَ مِنَّا فَضْلًاۗ يٰجِبَالُ اَوِّبِيْ مَعَهٗ وَالطَّيْرَۚ وَاَلَنَّا لَهُ الْحَدِيْدَۙ
Sungguh, benar-benar telah Kami anugerahkan kepada Daud karunia dari Kami. (Kami berfirman), “Wahai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang kali bersama Daud!” Kami telah melunakkan besi untuknya. sura saba' 10
8. Dinamis dan Kreatif
Pemuda juga mesti bersikap dinamis dan kreatif, layaknya Nabi Nuh ‘alaihissalam yang sanggup bekerja keras dan berfikir keras sehingga mampu membuat sebuah bahtera yang besar, meski tidak ada seorang pun yang ingin menolongnya. Kisah ini tercantum dalam Al-Qur’an Surah Al-Ankabut ayat 14.
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا نُوْحًا اِلٰى قَوْمِهٖ فَلَبِثَ فِيْهِمْ اَلْفَ سَنَةٍ اِلَّا خَمْسِيْنَ عَامًاۗ فَاَخَذَهُمُ الطُّوْفَانُ وَهُمْ ظٰلِمُوْنَ
Sungguh, Kami benar-benar telah mengutus Nuh kepada kaumnya, lalu dia tinggal bersama mereka selama seribu tahun kurang lima puluh tahun. Kemudian, mereka dilanda banjir besar dalam keadaan sebagai orang-orang zalim. al ankabut 14
tafsirnya
Kisah para nabi itu dimulai dengan menceritakan riwayat perjuangan Nabi Nuh. Beliau adalah bapak para nabi. Ia berdakwah menyeru kaumnya supaya beriman kepada Allah Yang Maha Esa dan mempercayai kerasulannya selama sembilan ratus lima puluh tahun. Namun demikian, ia tidak pernah merasa bosan mengajak mereka, baik siang maupun malam. Kadang-kadang dengan suara yang lemah lembut, tetapi sering juga dengan suara keras menyampaikan ancaman Allah terhadap kekafiran mereka. Akan tetapi usaha beliau tidak kunjung berhasil. Hanya segelintir saja di antara mereka yang mau beriman. Selebihnya menolak dan mendustakan beliau. Oleh karena itu, Allah menyiksa mereka. Dikirimlah siksaan yang disebut "Topan Nabi Nuh", yakni berupa banjir yang menenggelamkan mereka semua. Tidak seorang pun yang selamat dari siksaan Allah itu kecuali orang yang beriman yang ikut dalam bahtera Nuh. Al-hakim meriwayatkan: Diriwayatkan dari Ibnu 'Abbas bahwa ia berkata, "Allah mengutus Nabi Nuh ketika usia 40 tahun dan berdakwah pada kaumnya selama 950 tahun menyeru mereka untuk mengikuti agama Allah dan Nabi Nuh hidup setelah banjir (topan) selama 60 tahun, sehingga jumlah manusia menjadi banyak dan tersebar. (Riwayat al-hakim)
9. Positif
Di dalam Al-Qur’an terdapat banyak sekali ayat yang menyebutkan tentang Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang selalu bersikap positif dan senantiasa melakukan perbuatan kebaikan kepada siapa pun. Salah satunya dalam Al-Qur’an Surah Al-Ahzab ayat 21.
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasûlullâh itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allâh dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah [al-Ahzâb/33:21]
kisah orang buta
terkait sifat suri tauladan Rasullallah, terdapat suatu kisah yang mulia, tentang sikap Rasulullah dalam menghadapi orang orang yang membenci dan mencaci maki, sikap itu tercermin ketika Rasulullah melihat seorang pengemis buta tua, yang setiap harinya menjelek jelekan pribadi Rasulullah Saw.
kisah meludahi
Sejak menerima tugas kenabian, Muhammad tak henti dimusuhi oleh kaum kafir Qurays. Ajaran Islam yang banyak menggugat praktik kehidupan kafir Qurays yang penuh diskriminasi dan pemberhalaan benda-benda ciptaan sendiri membuat Muhammad menjadi musuh bersama kafir Qurays, terutama jajaran elitnya. Beragam hinaan, intimidasi dan ancaman diterima Nabi Muhammad. Suatu ketika, orang-orang kafir Quraisy menyewa seorang Yahudi untuk menyakiti Nabi SAW. Di jalan yang biasa dilewati Nabi untuk menuju Ka`bah, orang Yahudi tersebut berdiri menunggu Nabi. Di saat Nabi lewat, dia memanggil Nabi. Nabi, yang selalu menghormati orang lain, pun menengok. Di saat itulah orang Yahudi tersebut meludahi wajah Rasulullah SAW. Namun Nabi tak bereaksi, tidak sedikit pun menunjukkan rasa marah. Keesokan harinya, Nabi kembali menuju Ka’bah melewati jalan yang sama. Dan beliau menyaksikan si Yahudi ada di tempat kemaren mencegatnya. Sesampainya di tempat yang sama, Nabi kembali dipanggil dan diludahi seperti sebelumnya. Kejadian itu terus berulang selama beberapa hari, hingga suatu hari Nabi tidak mendapati lagi orang yang meludahinya tersebut. Nabi dalam hatinya, “Ke mana gerangan orang yang selalu meludahiku?” Setelah sedikut mencari informasi, Nabi mengetahui kalau orang tersebut sedang sakit. Nabi pun pulang ke rumah untuk mengambil makanan yang ada, membeli buah-buahan, dan berjalan menuju rumah si Yahudi untuk menjenguknya. Sesampainya di rumah si Yahudi Nabi pun mengetuk pintu. Dari dalam rumah, terdengar suara lirih Yahudi yang tengah sakit mendekati pintu sembari bertanya, “Siapa yang datang?” “Saya, Muhammad,” jawab Nabi. “Muhammad siapa?” terdengar suara Yahudi itu kembali bertanya. “Muhammad Rasulullah,” jawab Nabi lagi. Setelah pintu dibuka, alangkah terkejutnya si Yahudi, menyaksikan sosok yang datang adalah orang yang beberapa hari lalu dia ludahi wajahnya. “Untuk apa engkau datang kemari?” tanya Yahudi itu lagi. “Aku datang untuk menjengukmu, wahai saudaraku, karena aku mendengar engkau sedang sakit,” jawab Nabi dengan suara yang lembut. “Wahai Muhammad, ketahuilah bahwa sejak aku jatuh sakit, belum ada seorang pun datang menjengukku. Bahkan Abu Jahal yang telah menyewaku untuk menyakitimu pun tidak datang menjengukku, padahal aku sudah beberapa kali mengutus orang kepadanya agar ia datang memberikan sesuatu kepadaku. Namun engkau, yang telah aku sakiti selama ini dan aku ludahi berkali-kali, yang pertama kali datang menjengukku,” kata Yahudi itu terharu. Ia pun lantas memeluk Nabi, mengucapkan maaf, dan dalam sebuah riwayat disebut menyatakan masuk Islam. [SA]
JADILAH PEMUDA YANG BERUNTUNG
2. Surat Ali Imron: 104
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.”
3. Surat Ali Imron: 200
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siagalah dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.”
4. Surat Al-Maidah: 90
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْأَنْصَابُ وَالْأَزْلَامُ رِجْسٌ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.”
5. Surat Al-Jumu’ah: 10
فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.”
6. Surat Asy-Syams: 9
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا
“sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu,”
Post a Comment